Chapter 55 - Minori will try her best! 3 (After the match)
Setelah pertandingan usai, Minori kembali ke ruang tunggu
setelah menyelesaikan perawatan di kantor medis. Awalnya, ruang tunggu ini
digunakan bersama oleh pemain peringkat bawah yang berpartisipasi dalam
pertandingan kualifikasi, dan para pemain yang sedang menunggu pertandingan
mereka.
Saat ini hanya ada Minori di dalam ruangan.
Mungkin mereka sedang mempersiapkan pertandingan mereka
sendiri, atau mereka sedang melihat pertandingan orang lain. Tapi, aku
bersyukur tidak ada orang di sini sekarang.
Minori duduk di bangku di dalam ruangan sambil
memikirkannya, dan perlahan mengingat apa yang terjadi dalam pertandingannya
dengan Arino.
Itu pertandingan dimana Minori baru saja menang. Jika itu
hanya tentang kekuatan, dia mungkin kalah.
“… Tapi aku menang.”
Minori menghembuskan napas berat.
Saat ini, tubuh Minori sangat lelah, tapi pikirannya
dipenuhi dengan kelegaan.
…. Sekarang aku tak harus pergi dari sisi Kohaku….
Tentu, aku baru saja memutuskan ini sendiri… dan bahkan jika
aku kalah kali ini, kuyakin Kohkau pasti menghiburku dengan kata-kata yang
lembut. Dan mungkin aku dimanjakan dengan kebaikan itu sekarang.
Tapi, wanita seperti itu tidak pantas untuknya…. Itulah yang
kupikirkan.
Lagipula, aku belum pernah mendengar cerita tentang wanita
yang terus dimanja oleh pria.
Aku yakin, wanita seperti itu akan segera ditinggalkan oleh
pria.
Itulah kenapa aku senang karena menang. Nah, Kohaku akan
menonton pertandingan orang lain sekarang. Jadi, kata-kata ucapan selamat
darinya haruslah besok, pada saat itu, ayo banyak dimanja olehnya.
Ketika Minori berpikir seperti itu, pintu ruang tunggu itu
diketuk.
tok, tok, tok
Oh, anggota lain sudah kembali… atau mungkin tidak. Lagi
pula, jika itu anggota, mereka harusnya membuka pintu secara tiba-tiba tanpa
mengetuk dengan sopan.
"Iya? masuk."
Mungkin orang itu mendengar jawaban Minori, pintu perlahan
terbuka. Masuk melalui celah pintu adalah kepala seorang anak laki-laki. Minori
berdiri dari bangku dan menyambut laki-laki itu, berpikir kalau dia mungkin
datang untuk memberi selamat padanya. Anak laki-laki itu, Kohaku Hatano,
memasuki ruang tunggu sambil melihat sekeliling untuk suatu alasan.
“Kohaku-san?”
Minori memanggil Kohaku, yang perilakunya sedikit
mencurigakan, sambil memiringkan lehernya.
Kohaku yang dipanggil berhenti melihat sekeliling dan
menoleh ke suaranya ... dia menoleh ke Minori.
Dan, mendekati Minori dengan cepat.
Di saat yang sama, Minori dengan jelas merasakan jantungnya
berdebar-debar pada Kohaku, yang sedang mendekatinya.
Alasannya sederhana, jarak diantara mereka bukanlah jarak
yang biasanya dimiliki Minori saat berbicara dengan Kohaku… Ya, jarak diantara
mereka sangat dekat! Ini jarak di mana kau bisa mendengar napas dan detak
jantung orang lain. Selain itu, bukan hanya jaraknya yang berbeda dari
biasanya. Entah kenapa wajah Kohaku juga berbeda.
Tentu saja, ini bukan tentang bentuk wajahnya, tapi
suasananya… Kohaku memiliki wajah yang sedikit lebih merah dari biasanya.
Dengan wajah itu dan mata mengantuk, Kohaku menatap Minori.
Minori senang dengan suasana yang agak seksi yang dia
rasakan dari Kohaku.
…. K-Kalau kau melihatku dengan mata seperti itu, hatiku
akan meledak!
Saat Minori berteriak seperti itu di dalam hatinya. Kohaku
semakin mendekat dan menempelkan tubuhnya padanya.
“Ko-ko-ko-kohaku-san!”
Minori terkejut dengan perilaku Kohaku.
“Hmm ~, ada apa ~?”
“Tidak, tidak apa-apa, hanya saja, kalau kau mendekatkan
tubuhmu begitu dekat seperti ini ……”
“Baiklah ~, apakah kau tak senang?”
Kohaku menempelkan tubuhnya ke Minori dengan erat dan
menusuk dadanya dengan ujung jarinya sambil menatapnya dengan mata mengantuk.
Kalau kau bertanya apakah aku senang atau tidak, tentu aku
pasti senang. Namun, itu perilaku tak terpikirkan yang datang dari Kohaku yang
biasa…
Minori benar-benar tidak bisa memikirkan Kohaku akan
melakukan hal seperti ini padanya, tapi dia berkata pada dirinya sendiri kalau
situasi ini adalah hadiah untuk memenangkan pertandingan dan memutuskan untuk
menerimanya. Dan, agar tidak menyia-nyiakan satu menit atau satu detik pun, dia
memusatkan semua sarafnya dan menikmati situasinya.
“Aku, aku sangat senang.”
"Bagus kalau begitu."
Kohaku berkata begitu dan tersenyum.
Tapi, segera wajahnya berubah… Dia sepertinya tidak puas.
“Mmmpphh ~”
“Apa, apa yang terjadi?”
“Ada goresan kecil di wajahmu…”
"Oh benarkah? tidak masalah! Aku sudah diberi obat,
jadi goresannya tidak akan tertinggal.”
“Ini terlihat sangat menyakitkan ……”
Kohaku dengan lembut membelai wajah Minori dengan jarinya,
sambil menikmati sensasi geli di wajahnya, sekali lagi dia bertepuk tangan di
dalam hatinya kalau dia sangat senang memenangkan pertandingan.
Kohaku sedang membelai dengan jarinya untuk beberapa saat, tapi
ketika dia menghentikan aksinya, dia terlihat seperti sedang memikirkan
sesuatu.
Minori merasa kesepian karena jari-jarinya tidak lagi
menyentuh wajahnya, tapi dia terpesona oleh fakta kalau wajah Kohaku yang
sedang merenung juga bagus.
Saat Minori terpesona oleh Kohaku, tiba-tiba, Kohaku
menempatkan wajahnya di wajah Minori, mungkin pikirannya telah bersatu.
…Tidak mungkin!!! Akankah dia menciumku?!
Berpikir demikian, Minori menantikan perkembangan masa depan
sambil membuat wajahnya merah padam saat dia mendekati wajah Kohaku. Mata
Minori terpaku pada bibir Kohaku yang segar dan berbentuk bagus.
Tapi, bibirnya tidak menyentuh wajah Minori.
Kohaku membuka sedikit bibirnya yang berbentuk bagus, dan
sementara itu, dia menjulurkan lidah merahnya dan menjilat wajah Minori!
“Ko-ko-kohaku-san!”
“Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Mereka bilang itu akan sembuh
lebih cepat kalau kau menjilatnya ... "
Sambil mengatakan itu, Kohaku menggunakan lidahnya untuk
menjilat luka Minori dengan hati-hati.
Setiap kali Minori dijilat, stimulus mati rasa mengalir ke
seluruh tubuhnya dan dia mengguncang tubuhnya.
“Hmmpphhh ~! Yeeaaahh ~! Aah ~…”
“Sedikit lagi…”
Setelah beberapa saat, Kohaku menjauh dari wajahnya, dan
Minori duduk di Bangku.
Kemudian, Kohaku berkata…
“Baiklah, aku akan pulang, selamat atas kemenanganmu.”
“Ya, Ya… Ah, ehm… yah, terima kasih… banyak….”
Minori, yang kehabisan nafas, menjawab lemah ke Kohaku
sambil masih terengah-engah.
Tl: ADA APA DENGAN NIH BOCAH!! TUMBEN BANGET