Chapter 23 – Entrance ceremony
Udara hangat musim semi menyebar. Akhirnya, aku
tidak merasakan udara dingin lagi.
Cuaca hari ini cerah dan ini hari yang baik
untuk upacara masuk.
Ya, hari ini adalah upacara masuk SMA.
“Kaa-san, apa kau siap?”
“Sekarang aku siap."
Aku memakai seragam Kenran High School dan
menunggu ibuku bersama Maria.
Pakaianku terdiri dari kemeja putih, blazer
coklat, rok kotak-kotak, dan dasi di kerah.
Mereka memberikan pilihan untuk dasi di kerah
antara pita dan dasi, dan tentu saja aku memilih dasi tanpa ragu-ragu.
...... Kalau saja bisa memilih celana daripada
rok!
Yah, mau bagaimana lagi ……
Maria akan datang ke upacara masuk bersamaku,
jadi hari ini dia mengenakan setelan celana hitam alih-alih pakaian pelayannya.
"Maaf membuatmu menunggu."
Akhirnya ibuku datang. Wajah penyesalan yang
biasanya ditunjukkan di rumah, tidak terlihat pada dirinya hari ini.
Ya, dia terlihat sangat muda sehingga
menurutku dia tidak benar-benar melahirkan seorang siswa SMA… dia sangat
cantik.
Jika, dia ada di kehidupan masa laluku, aku
yakin akan ada banyak pria yang tertipu oleh penampilan ini dan mendekatinya…
Itu hanya scam…Tidak, aku tidak bisa
mengatakan itu karena dia bisa menghasilkan uang sendiri, kan? Tapi kebanggaan
pria akan terluka jika dia mendapat penghasilan lebih darimu, kan? Tetap saja,
banyak pria yang tertarik padanya, karena wajahnya dan pekerjaannya kan? Hmmm,
ini sangat menarik.
"Apa yang salah? Apa ada yang aneh dengan
pakaianku?”
Dia bertanya padaku karena aku terus menatap ibuku.
"Tidak"
“Oh, mungkinkah kau terpesona? Tidak ~ jangan serang aku.”
“Ini sangat berbeda. Kaa-san tidak mabuk sejak
pagi, kan? ”
“… Kohaku-kun, apa kau tidak ingin melihat aku
mabuk?”
“…”
"Tolong katakan sesuatu!"
Ibuku sedikit cemberut.
Maria memanggilku selama percakapan dengan ibuku.
"Ayo pergi sekarang. Aku tahu ini masih
pagi, tapi jika kita pergi sekarang, kita mungkin bisa dapat tempat duduk yang
bagus di sana. "
“Benar, kita harus mengambil banyak foto Kohaku-kun!”
“Ya, aku malah membeli Kamera DSLR meski
memotret bukan hobiku. Aku bahkan belajar bagaimana menggunakannya dengan
sempurna, jadi tolong serahkan hal itu padaku.”
"Hebat. Lalu, Maria. Aku akan
menyerahkannya padamu nanti. "
"Aku mengerti."
Tampaknya agak berlebihan, tapi kebanyakan
orang tua yang memiliki anak laki-laki seperti ini.
Begitu pula dengan ibu dari keluarga tersebut,
selalu berusaha memotret pada setiap hari perayaan.
Pihak sekolah juga mengetahui fakta tersebut,
sehingga beberapa di antaranya membuat ruang khusus untuk memotret.
“Kalau begitu, ayo pergi”
“Ya, aku juga sudah menutup pintu dengan
benar.”
Kemudian, kami bertiga menuju ke stasiun.
Dalam perjalanan ke stasiun, ada toko roti, 'Wheat
Village', yang kusinggahi untuk lari pagi beberapa hari yang lalu, dan
kebetulan aku melihat pemilik toko yang sedang menyapu di depan.
Ketika aku menyapa dan mengatakan bahwa hari
ini adalah hari upacara masuk, aku mendapat ucapan selamat. Selain itu, roti
untuk makan siang di sekolah! Dia menyuruhku memakannya saat istirahat makan
siang dan memberiku berbagai macam roti. Itu buruk untuk menolak, jadi aku
menerimanya dengan ucapan terima kasih, tapi ……
Tapi, ya, upacara masuknya berakhir pagi.
Baiklah, aku akan memakannya nanti. Untuk saat
ini, aku memberikan roti kepada Maria.
Aku melihat orang-orang dengan seragam yang
sama saat berada di kereta.
Semakin dekat dengan sekolah, jumlah orang
secara bertahap meningkat.
Tapi orang-orang itu, gadis-gadis berseragam,
dan para wanita yang tampaknya adalah ibu mereka semua berhenti dan menatap
kami.
Tentu saja, Maria dan ibuku berjalan tanpa
mempedulikannya, tapi tetap saja itu pemandangan yang cukup aneh. Aku tidak
keberatan jika mereka ingin melihat, tapi aku ingin mereka berhenti menatap.
Ngomong-ngomong, bisakah orang-orang yang
menatap kita ini mulai berjalan dengan cepat !? Kita akan terlambat kalau terus
begini lho.
…… Dan kenapa mereka mengikutiku dari
belakang?
Oi, ini terlihat seperti parade lho!
Dan kenapa dua orang yang berjalan bersamaku berwajah
sombong…
Mungkin aku hanya orang yang pemalu?… Tidak, aku
setuju dengan akal sehat ini. Kedua orang inilah yang aneh.
Aku tiba di sekolah dengan hal seperti itu
terjadi di jalan.
Sekolah baru yang akan kudatangi mulai
sekarang, Kenran High School, sangat besar bahkan terlihat dari gerbangnya. Jalan
yang mengarah dari gerbang dipenuhi dengan pohon sakura yang bermekaran penuh,
menciptakan pemandangan fantastis. Seolah-olah pohon memberkati hari ini.
“Kalau begitu, kita akan pergi ke aula dulu.”
"Ya aku mengerti."
"Aku akan mengambil foto yang bagus, jadi
harap menantikannya."
“Tolong secukupnya saja.”
Aku harus pergi ke kelas, jadi aku mengucapkan
selamat tinggal kepada ibuku dan Maria di sini.
Aku pergi ke kelas dengan melihat peta sekolah
yang dikirim melalui surat dan kertas dimana kelasku ditulis.
Hanya dengan melihat pemandangan ke ruang
kelas, dapat kukatakan bahwa itu sekolah menengah yang besar. Halaman rumput
yang terawat dengan baik, air mancur di mana air menari dengan indahnya dan
juga bunga-bunga yang mekar dan terawat.
Akan menyenangkan untuk makan siang di
halaman.
Dengan pemikiran itu, aku memasuki gedung
sekolah dan menuju ke kelas sambil memeriksa peta.
Karena kelasku 1-1… .. jadi, di sini?
Aku menemukan kelasku dan membuka pintu, tapi
pada saat itu…
“Sudah kuduga, dia kelas 1-1…”
"Sial, aku pasti akan pergi ke kelas 1-1
saat mereka melakukan pemisahan kelas."
"Aku iri padamu!"
“Aku sangat cemburu!”
Gadis-gadis yang mengikutiku mengangkat suara
mereka.
Ketika aku membuka pintu dengan senyum pahit.
Para siswa yang ada di sana memalingkan wajah
mereka sekaligus.
Nakutin oy!
Dan beberapa saat kemudian sorakan meriah
terdengar.
「Ini dia! Datang! Datang! Datang! Ayo!」
Semua orang di kelas berteriak kegirangan
sambil menyelaraskan suara mereka dengan indah.
Meski belum berkenalan satu sama lain,
gadis-gadis di kelas sudah akrab, mereka memberi tos dan saling berpelukan.
Ketika melihat adegan itu, aku hanya bisa
mengatakan…
Tolong, bisakah kalian tenang sedikit….