Chapter 4 – Meal
Setelah mengecek pakaianku, aku menemukan buku yang menarik ketika melihat rak buku. Judul bukunya adalah
「" Belajar sejarah kuno dengan gambar "」
Aku tak ingat sejak kapan buku itu ada di sana, aku juga tak ingat pernah membacanya. Kupikir aku mendapatkannya saat masih kecil dan meletakkannya di rak buku tanpa membacanya.
Kemudian aku mengambil buku itu, duduk di sofa kamar dan membukanya, buku itu mengubah gambar tokoh sejarah secara komikal.
Saat aku membacanya lebih lanjut, tampaknya karena kelangkaan pria dan fakta kalau banyak wanita memiliki anak dari satu pria, pria pada zaman dahulu disembah sebagai Utusan Dewa, atau Dewa itu sendiri. Seiring berjalannya waktu, para pria mulai berperan seperti Miko yang melayani para Dewa, dan juga terlibat dalam ritual dan ramalan.
Dalam periode perang, Ratu negara besar menginvasi sebuah negara untuk mendapatkan seorang pria, invasi berjalan dengan lancar, tapi tepat sebelum Ratu mendapatkan pria itu. Pria itu menghadap pada bawahan ratu dan berkata
「" Bunuh orang ini. "」
Dia memerintahkan itu sementara jarinya menunjuk ke arah ratu, dan di chapter selanjutnya semua bawahan di sekitar Ratu mengarahkan pedang mereka ke arahnya dan membunuhnya.
... Kemungkinan chapter itu digunakan untuk menunjukkan otoritas pria zaman dahulu, tapi sungguh menakjubkan melihat kurangnya kesetiaan para pengikut yang memberontak melawan Ratu mereka atas perintah orang asing!
Tapi aku juga berusaha menjadi pria yang bisa mengendalikan wanita seperti ini.
Tujuanku disini untuk memiliki kehidupan yang lebih baik, jadi penting untuk membuat para wanita jatuh cinta kepadaku, terutama wanita yang cantik, baik, dan cukup kaya untuk membiayaiku. Selain itu, ini untuk berjaga-jaga! Untuk berjaga-jaga ya! Uang yang wanita itu berikan kepadaku harus dengan niat baik dan tanpa paksaan….
Aku memikirkan itu di kepalaku.
….
………
…………Bukankah ini terlalu berlebihan?
Tidak! Untuk menjadi pria seperti itu, aku harus menjadi orang yang dapat dibanggakan. Seorang pria langka yang baik kepada wanita di dunia yang keras bagi mereka. Wanita harusnya senang karena bisa berkencan dengan pria langka tersebut.
Itu dia! Ini harus menjadi hubungan win-win. Mungkin… Mungkin saja… yah kuharap akan jadi begitu.
Saat memikirkannya, aku mendengar suara ibuku dari bawah. Ternyata soba yang kita pesan sudah datang.
Aku berdiri dari sofa dan mematikan lampu di kamar.
Hidangan yang dipesan berjejer di meja ruang tamu, dan baunya enak.
“Ah, kamu sudah di sini, ayo kita makan sekarang.”
“Un, itu terlihat enak.”
“Ya, ini populer karena enak. Tampaknya poin toko ini di 'Gourmeter' juga tinggi.”
‘Gourmeter’ adalah situs web tempat orang-orang yang pergi makan di restoran memberikan poin mereka ke restoran tersebut.
“Baiklah kalau begitu, Itadakimasu!"
“Itadakimasu.”
Pertama-tama, aku mengarahkan sumpitku ke semangkuk tendon, semangkuk tendon itu berisi nasi yang diatasnya penuh dengan beberapa macam sayuran, shrimp kisses, cumi-cumi, belut conger, telur goreng, dan juga bumbu yang biasa digunakan dalam rice bowl, membuatnya seperti mangkuk warna-warni… Saat memasukkan shrimp kisses ke dalam mulutku, aku mendengar suara renyah dari lapisan udangnya, dan bisa kulihat juga udang di dalamnya. Saat aku memecahkan telur dengan sumpit, kuning telur yang kental mengalir, dan ketika aku memasukkannya ke dalam mulutku dengan nasi, rasanya tak terlukiskan.
(TL: SUSAH DITERJEMAHIN, JADI TOLONG APABILA ADA READER YANG TAU GIMANA YANG BENER BISA DIKOMEN DIBAWAH. DAN DISARANKAN MEMBACA BAGIAN TELUR SAMBIL BAYANGIN ADEGAN DI SHOKUGEKI NO SOUMA BIAR MANTEP)
Oh, boleh juga nih restoran! Sambil memikirkan hal seperti itu, aku menggunakan sumpit untuk mengambil soba. Mie sobanya melewati tenggoranku dengan mudah dan kuahnya juga enak.
“Fufu.”
Saat aku sedang menikmati makananku, ibu yang duduk di depanku, menertawakanku.
“Etto, Apa ada yang salah?”
“Un, aku senang bisa makan bersama seperti ini. Sebelumnya, kau selalu benci makan bersama… ”
Ngomong-ngomong, aku tak pernah berbicara dengan ibu sebelumnya, bahkan aku tak ingin bertemu dengannya… Yah kau tahulah, ini tuh yang disebut kenalakan remaja.
…… Mari kita renungkan selagi bisa.
“Maaf, Okaa-san. Mulai sekarang, ayo makan bersama sesering mungkin.”
“Aku sangat senang. Kalau begitu, Okaa-san akan menyelesaikan pekerjaannya lebih awal agar bisa pulang secepat mungkin.”
“Kalau begitu, belajarlah memasak, Aku akan menunggumu memasak makanan lezat untukku.”
"Aku tak sabar untuk itu."
Lalu ibuku tersenyum. Namun, kata-kata yang kuucapkan selanjutnya membuat wajahnya kaku.
“Untuk itu, aku harus membuang semua bir itu untuk mengosongkan lemari es."
“Uee! Tidak, kurasa itu tak perlu dilakukan, kalau kau mau, kaa-san bisa membeli lemari es lagi ... "
Aku menertawakan kata-katanya dan bilang kalau tadi itu cuma bercanda.
“Baiklah! Kalau cuma sebanyak itu, kaa-san bisa menghabiskannya dalam tiga hari! ”
“… Aku ingin kaa-san tetap sehat dan berumur panjang, jadi batasi dirimu tiga botol bir sehari.”
“A-Apa…”
Mendengar kata-kataku, dia membuat wajah putus asa.
“Tapi alkohol seperti pemimpin dari seratus obat, jadi tidak apa-apa untuk meminumnya!”
“Tetap saja, jangan minum terlalu banyak”
“Ugh! Tapi kalau tidak minum, tangan kaa-san akan gemetar ... "
bukankah dia seorang pecandu alkohol! Wanita ini !!
“Pokoknya, berhati-hatilah untuk tidak minum terlalu banyak.”
“Ugh… aku mengerti.”
Dia mengatakan itu sambil melihat ke bawah dengan putus asa.
"Oh, ngomong-ngomong, akan ada pengurus rumah baru mulai minggu depan."
"Heee, begitu ya."
Kuyakin pengurus rumah yang dulu, orangnya sudah cukup tua.
“Kohaku-kun, aku akan mengatakannya untuk berjaga-jaga, kalau kamu 'diserang', kamu harus menolak dan melawan dengan benar.”
"Oh, okay."
“Aku khawatir, Kohaku-kun sangat imut… terkadang seseorang melakukan sesuatu tanpa berpikir.”
“Tidak apa-apa, karena orang itu dikirim ke rumah dengan seorang laki-laki didalamnya, harusnya dia sudah lulus seleksi, kan?”
Di dunia ini, agar seorang wanita bisa memasuki ruang pribadi pria di tempat kerjanya, pemerintah membuat undang-undang yang mengharuskan perusahaan pengirimnya melakukan beberapa tes terhadap wanita tersebut secara ketat dan tidak akan pernah mengirimnya ke pekerjaan tersebut kecuali dia memenuhi standar.
“Itu benar, tapi tetap saja ...”
Ibu menghela nafas dengan cemas sambil mengatakan itu.
Dengan kecemasan seperti itu, makan pertamaku bersama ibuku berlalu sejak mendapatkan kembali ingatan masa laluku.