Chapter 2 – Encounter with mother
Ketika kuperiksa jam, jarum menunjuk ke angka sembilan.
Di depanku ada seorang dokter wanita berjas putih yang memeriksaku setelah aku siuman.
“Sejauh ini, tak ada kelainan. Juga tak ada kelainan pada rontgen dan CT, tapi untuk berjaga-jaga, aku akan memantau kondisimu selama beberapa hari ke depan baru setelah itu kau diperbolehkan untuk meninggalkan rumah sakit.”
“A-aku mengerti.”
“Aku sudah memberitahu orang tuamu kalau kau sudah siuman, jadi kuyakin mereka akan segera datang.”
Seorang dokter wanita ………. Ketika dia memperkenalkan dirinya, dokter, yang namanya Minami Takashina, tersenyum lembut padaku.
“Dia sangat senang dan mengatakan akan segera datang lho.”
“B… Benarkah?”
Aku agak menyesal atas apa yang ibuku rasakan, mengingat sikapku padanya selama ini...
Kalau dipikir-pikir, kamar rumah sakit ini sangat luas. Ada TV dan komputer, bahkan dilengkapi dengan dapur dan kamar mandi. Aku bertanya-tanya berapa banyak biaya yang orang tuaku habiskan untuk ini ….
Ketika memikirkan hal ini, pintu kamar terbuka dengan kasar.
Mengalihkan perhatianku ke sana, aku melihat seorang wanita cantik dengan rambut coklat cerah dan mata almond, berdiri terengah-engah.
Wanita itu meneteskan air mata saat melihatku dan memelukku, yang sedang duduk di tempat tidur.
"Aku senang! Aku sangat senang! Aku berpikir…Akan kemungkinan, jika kau tidak bangun! Aku sangat khawatir!"
Aku, Kohaku Hatano, melihat kearah wanita yang menangis dan memelukku, dia terlihat berusia sekitar dua puluhan dan dia adalah ibuku, Yoko Hatano.
Setelah beberapa menit, akupun berbicara pada ibuku,yang akhirnya berhenti menangis, untuk meminta maaf karena sudah membuatnya khawatir.
“Aku minta maaf karena sudah membuatmu khawatir, Okaa-san.”
Mendengar kata-kata itu, ibuku berhenti bergerak seolah waktu sudah berhenti. Tidak bergerak sedikit pun seperti patung yang indah.
Ini permintaan maaf jujurku dan responnya seperti ini… Mungkin dia mengingat betapa buruknya sikapku padanya selama ini … dan jika ingatanku benar, ini pertama kalinya aku memanggilnya ‘okaa-san’.
“B-baru saja, kamu memanggilku ‘okaa-san’…”
“Un, aku minta maaf atas sikap burukku selama ini, dan melihat okaa-san sangat mengkhawatirkanku membuatku merenungkan dan menyesali apa yang dulu kuperbuat.”
…Apa ini terlalu mencurigakan? Apa ini terlalu tidak wajar? Apa ini terdengar aneh? Aku khawatir dengan apa yang ia pikirkan karena aku sudah mengatakan sesuatu yang terlalu mendadak untuk bisa disebut sebagai perubahan perilaku. Saat aku mengkhawatirkan itu, ibu bereaksi dengan penuh semangat terhadap kata-kataku.
“Tidak, tidak apa-apa. Kamu selalu menjadi anak yang baik, dan baru saja kamu menjadi anak yang sangat baik. Jadi kamu tak perlu khawatir tentang apa yang kamu lakukan sebelumnya! Tidak apa-apa! Okaa-san akan selalu menerimamu.”
Tidak apa-apa ya, itu sedikit mengejutkanku. Sejujurnya, aku berpikir apa yang kukatakan sebelumnya seperti yang dikatakan seorang amatir.
Sampai sekarang, sikapku jelas tidak menggambarkan anak yang baik... Karena bukan hanya sekali atau dua kali aku mengambil uang dari dompetnya tanpa bilang - bilang….
Beginikah standar kasih sayang di dunia ini? …… Kasih sayang seperti ini, bukankah ini terlalu berlebihan?
“A-Aku mengerti, terima kasih.”
“Kalau begitu nyonya, aku akan berbicara tentang kedepannya di ruang terpisah, jadi bisakah kau ikut denganku? ”
Dokter Takashina, yang sudah menyaksikan pertukaran antara aku dan ibuku dengan wajah tersenyum, memanggilnya.
“Baik, kaa-san akan keluar sebentar ya. Nanti aku akan kembali lagi.”
“Un, sampai jumpa.”
Mungkin dia senang dengan kata-kataku, dia berkata 'Aku pergi!' Dengan riang dan meninggalkan ruangan.
Melihat ibuku begitu, aku menarik napas dalam-dalam. Untuk saat ini, aku berharap ibu mengerti kalau aku sudah berubah ….
Sekarang, aku perlu memikirkan tentang apa yang akan kulakukan dan tentang situasiku saat ini.
Sekarang aku di kelas sembilan SMP, dan sudah memasuki akhir September.
Saat ini, aku tak peduli lagi dengan reputasiku di SMP. Aku harus memikirkan di mana aku akan bersekolah di SMA nanti. Pilihan pertamaku saat ini adalah Sekolah Laki-laki Seimei. Di dunia di mana hanya ada sedikit laki-laki, itu adalah sekolah khusus, dan merupakan salah satu sekolah paling terkenal di negeri ini, Aachenheim. Anak laki-laki dari seantero negeri datang berkumpul untuk mendaftar di sekolah tersebut. Karena itu, sekolah tersebut memiliki standar yang sangat tinggi.
Tapi mari kita batalkan ini. Apa gunanya bergabung dengan sekolah yang isinya laki-laki kalau ingin mencoba menjadi cowok iblis (Masho no otoko)?
Selain itu, sekolah tersebut menugaskan siswa senior sebagai pembimbing untuk siswa baru, dan menurut rumor, tidak jarang pembimbing dan siswa baru tersebut mengembangkan hubungan romantis.
…. Kalian tahu, kan? Ya, benar, ini boy love (BL). Hubungan cinta mereka merekah seperti bunga mawar mekar.
Apa-apaan dengan sekolah itu? Aku tak akan pernah mau sekolah di sana.
Yahh, ketika aku datang ke SMP-ku, aku akan berkonsultasi dengan guruku tentang jalur masa depanku setelah lulus dari smp ….
Berpikir begitu, aku melupakan masalah itu untuk saat ini, lalu mengambil remote control di dekatku, menyalakan TV, dan memilih channel.
Ada variety show, drama, acara kuis, program berita, dan berbagai macam program lainnya, tapi kebanyakan pemerannya wanita, terkadang ada yang pria, hanya satu dari mereka, yang sangat populer sekarang, seorang idol pria bisa dilihat di TV.
Jadi, ada idol pria di dunia ini, tapi jujur saja, mereka tidak terlalu tampan.
Namun, semua idol pria sangat populer, mungkin karena mereka dimanjakan hanya dengan menjadi pria di dunia ini.
Aku melihat wajah idol itu, menyentuh wajahku sendiri, lalu berjalan ke tempat di mana ada cermin untuk memeriksa wajahku.
Wajahku terlihat keren dan tampan dengan rambut cokelat muda sebahu, mata besar, dan hidung yang agak mancung, yang membuatku memancarkan keindahan misterius.
Bahkan jika aku membandingkan wajahku dengan idol itu, kupikir aku lebih imut.
Sebaliknya, jika kau membandingkannya dengan wanita, kupikir kau bisa menyebutnya sebagai salah satu kecantikan kelas atas di dunia.
Haruskah aku mencoba menjadi idol? Ide semacam itu muncul di benakku.
Tidak, aku tak akan pernah mau melakukannya.
(TL: tolong diproject ini jangan pedulikan penggunaan seharusnya saya-anda ya. Admin lagi males bedain mana yang pake saya-anda mana yang bukan. Jadi disamain aja semuanya jadi aku-kamu. Ini berlaku untuk seterusnya)