Chapter 48 - The book
Ini terjadi di tengah musim semi, ketika semua orang di
kelas bisa bergaul satu sama lain menggunakan 'itu'…
Hari berawan dan redup meskipun saat itu pagi, dan aku
mendapat pertanda buruk untuk hari itu.
Konon, cuacanya tidak biasa, dan ketika aku memeriksa
ramalan cuaca untuk melihat apakah akan hujan, seperti yang diharapkan,
dikatakan akan hujan. Setelah melihat ramalan cuaca, aku siap untuk keluar
rumah, dan seperti biasa, aku diantar Maria dan keluar rumah.
Setelah itu seperti biasa. aku mengobrol sedikit dengan penjual
di depan toko roti dan menuju ke stasiun untuk naik kereta. Aku berjalan
sepanjang perjalanan ke sekolah sambil menikmati pemandangan musim semi. Dan, aku
sampai di stasiun.
Baru setelah di dekat ruang kelas aku merasa ada yang tidak
beres. Seperti kata pepatah, 'Tiga wanita membuat pasar', dan tentu saja,
sekolah di dunia ini yang memiliki terlalu banyak gadis, akan menjadi semarak.
[TN: 'Tiga wanita membuat pasar', artinya, ribut saat tiga atau lebih wanita berkumpul
di satu tempat]
Bahkan di kelas tempat aku berada, itu menjadi hidup segera
setelah semua orang berkumpul di pagi hari.
Tapi bukan itu masalahnya pada hari itu. Tidak terlalu
berisik bahkan ketika aku sampai di pintu kelas.
Kemudian, aku membuka pintu sambil berpikir bahwa hari ini
sepi dan tidak menyenangkan dan masuk seperti biasa, mengucapkan selamat pagi.
Biasanya, orang-orang di kelas akan membalas salam pagi,
tapi hari itu tidak ada yang membalasnya sama sekali.
Kenapa?
Pertanyaan itu segera dijawab.
Para siswa di kelas sama sekali tidak menyadari kalau aku sudah
datang. Jadi, ini tidak seperti aku ditindas.
Semua siswa di kelas dikumpulkan di satu tempat.
Melihat ke ruang kelas, belum ada anak laki-laki yang
datang.
Aku bertanya-tanya apa yang dilakukan gadis-gadis itu
bersama. Nah, mengikuti arus, aneh untuk tidak bertanya-tanya.
Semua gadis di kelas berkumpul di satu tempat, dan para
gadis sedang melihat sesuatu dengan ekspresi serius.
Aku mendekati kelompok gadis itu perlahan dan diam-diam.
Ya, tidak ada alasan khusus untuk itu. Tapi, jika memaksaku
untuk memberikan alasan, kupikir aku tidak boleh mengganggu gadis-gadis yang
sedang melihat sesuatu dengan tatapan serius… bukan?
Tempat mereka berkumpul adalah di sekitar kursi siswa.
Ketika aku mengingat tempat duduk siapa itu, yang terlintas
di benakku itu seorang gadis yang selalu pendiam di kelas. Dan setelah
mengingatnya, aku merasa situasinya sangat aneh. Melihat kembali tindakannya
sejauh ini, dia bukanlah tipe yang menonjol, jadi aku tak bisa memikirkan
alasan apa pun bagi begitu banyak orang untuk berkumpul di sekitarnya. Di
antara orang-orang yang berkumpul, ada juga beberapa wajah yang tidak asing
lagi seperti Maisumi-san, Yachigusa-san, dan Mishima-san.
Aku melihat kalau Shino-san dan Yuzuka-san, belum datang.
Dan Minori-san ada kegiatan klub di pagi hari… apakah ini
latihan pagi?
Bagaimanapun, dia juga belum ada di kelas.
Saat mendekati mereka, aku mendengar suara gemerisik.
Kedengarannya seperti kertas digulung. Pada saat itu, aku bertanya-tanya apakah
semua orang berkumpul dan melihat ramalan…. Yah, tentu saja kupikir akan
begitu, bagaimanapun, Wanita suka ramalan., Bukan?
Aku tersenyum ketika berpikir kalau ekspresi serius dari
orang-orang yang berkumpul dan prihatin tentang hasil ramalan.
Jika itu ramalan yang baik, aku juga ingin mencobanya...
Sambil berpikir seperti itu, aku dengan lembut mengintip melalui celah dari
orang-orang yang sedang berkumpul.
Tapi, ternyata, mereka tidak sedang melihat buku ramalan
atau benar-benar melakukannya. Tetap saja, mereka menatap buku itu dengan
sekuat tenaga.
Aku tak bisa melihatnya dengan baik melalui celah, jadi aku
mencari posisi di mana bisa melihatnya. Aku bergerak sedikit demi sedikit dan
mengintip dari sana.
Kagetnya aku melihat isi buku itu dengan jelas tak terukur
bagiku.
Tanpa sadar mundur dan memukul meja yang berbaris, aku
membuat suara. Suaranya tidak bisa didengar jika di kelas yang sibuk seperti
biasanya, tapi hari itu, suaranya sangat sunyi hingga terdengar nyaring.
Gadis-gadis, yang melihat buku itu sekaligus, menoleh ke
arahku sekaligus, dan mereka semua membuka mata lebar-lebar dan kemudian
meninggalkan tempat mereka berkumpul.
Kemudian, mereka mulai mengobrol dengan teman sekelas yang berada
di dekat mereka seperti biasa ……. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Yang tertinggal mungkin adalah gadis pemilik buku itu, yang
wajahnya menjadi pucat. Dan, buku yang sudah terbuka di tangan.
Di halaman yang dibuka, ada gambar seorang pria telanjang.
Itu juga bukan foto telanjang pria normal. Itu adalah seorang pria paruh baya
telanjang dengan otot indah yang berpose cemerlang. Ngomong-ngomong, pose yang
dilakukan pria di halaman itu adalah pose yang disebut “Perut dan Paha”….
Tidak, aku tak peduli dengan posenya.
Tapi buku yang dia miliki ...
Ya ... Itu buku yang biasa disebut 'Ero-hon' ...
Baiklah, aku mengerti…. kau membawa buku seperti itu ketika kau
ingin tahu lebih banyak tentang teman-temanmu. Kau merasa senang dengan
cerita-cerita bodoh saat melihat isinya. bisa dibilang ero-hon bisa digunakan
sebagai alat komunikasi ....... tapi, melihat ini, aku bisa paham betul betapa
berharganya ero-hon di dunia ini.
Wajahnya menjadi pucat karena jika ini diketahui anak
laki-laki, dia akan dibenci.
Dapat dikatakan bahwa situasi saat ini dimana tidak ada anak
laki-laki lain di sekitar dan orang yang mengetahuinya hanya aku yang relatif
baik. Karena aku memiliki pemahaman yang lebih baik tentang ini daripada anak
laki-laki lain di sini.
….Aku tahu perasaannya, tapi tetap saja, buku itu, hanya
saja….
Aku segera berpaling dari gadis yang menatapku dengan mata
terpaku dan pergi ke tempat dudukku. Saat itu, gadis itu merosot di atas meja.
.... Maaf, aku benar-benar ingin menghiburmu, tapi buku itu
sedikit di luar toleransiku. Jika memungkinkan, aku ingin kau segera
membakarnya….