Senin, 08 Februari 2021

[WN] Masho no Otoko wo Mezashimasu Chapter 08

[WN] Masho no Otoko wo Mezashimasu Chapter 08

Chapter 8 – Lunch


“A-ada apa dengan mereka …"


Melihat pintu tempat gadis-gadis itu keluar, Maegashira bergumam seperti itu.


Biasanya, hanya ada beberapa gadis yang berlari. Dan kau tahu, kau masih bisa kekantin bahkan jika kau menendang orang lain seperti sekarang, itu benar-benar pertempuran yang mengerikan.


Yang terpenting, kelas ini belum berakhir.


Kulihat kearah podium, Tanaka-sensei, yang mengajar Bahasa Jepang Modern, tercengang.


Apa yang akan kau lakukan dengan ini….


Setelah sensei sadar kembali, dia mengakhiri kelas, jadi kami berdiri, membungkuk dan kelaspun berakhir.


Ini pertama kalinya aku berdiri dan membungkuk kepada sensei dengan hanya dua orang…


“Baiklah, kalau begitu aku akan pergi juga.”


“Ya, meski aku tak terlalu paham, tapi berhati-hatilah….”


Maegashira melihat ke pintu sambil mengatakan itu.


Aku yakin dia khawatir soal perilaku aneh para gadis.


Aku juga penasaran…


Ketika aku berbalik ke pintu untuk membeli sesuatu, ada pemandangan berbeda dari sebelumnya, seorang gadis compang-camping berdiri di pintu masuk.


Wajahnya tersembunyi oleh rambutnya yang panjang dan acak-acakan. Matanya bisa dilihat melalui celah rambutnya, memancarkan cahaya berkilauan yang mencurigakan.


Aku hampir berteriak melihat pemandangan itu, tapi ketika mendengar suara gedebuk dan melihat Maegashira jatuh dari kursi, pikiranku menjadi tenang.


Maegashira sepertinya pingsan. Aku menggoyangkan tubuhnya entah bagaimana membangunkannya. Sementara itu, gadis yang kusebutkan tadi memasuki kelas dan mendekat. Tidak ada masalah tentang itu. Lagipula, dia itu teman sekelasku, Minori Saegusa. Dia seperti seseorang dari film horor, yang keluar dari layar TV. Aku tidak tahu kenapa dia jadi compang-camping. Dia biasanya gadis seiso dengan rambut hitam panjang. Sekarang, penampilannya sangat mengerikan.


“A-Apa…”


Bahkan Maegashira, yang sudah sadar, bertanya-tanya apakah ada yang tahu siapa dia.


“….hah hah"


Aku mendengar suara kelelahan dari Saegusa-san yang mendekatiku.


“Aku membeli….beberapa roti, jadi, bersama-sama… apakah kamu ingin… memakannya… bersama denganku…. Bisakah?"

Dia mengatakan itu, meski masih terengah-engah.



Rupanya, semua gadis sudah mendengar percakapanku dengan Maegashira di pagi hari…


Sepertinya semua gadis membeli roti dan mencoba mengundangku yang tak ingin keluar membeli makan siang.


Mungkin itu pertarungan yang sengit, karena rambut hitamnya yang indah kini kehilangan kilaunya, dan seragamnya berantakan.


Kupikir, kalau aku menolak ini, bukankah dia akan bunuh diri karena syok?… Itulah yang kukhawatirkan.


“O-oke…”


Untuk saat ini, aku menerima permintaannya.


…… Karena aku takut.


Saegusa-san yang mendengar kata-kata itu, mengubah suasana hatinya dengan cepat.


"Benarkah!?"


Suaranya yang terdengar seperti orang sekarat, mendapatkan kembali kekuatannya, begitu juga dengan matanya.


Dan, "Ah!", Dia sepertinya memperhatikan bagaimana penampilannya sekarang.


"Tunggu sebentar. Aku akan segera kembali, sebentar saja kok.”


Dan dia keluar. Namun, Saegusa-san, yang kembali setelah mengucapkan itu, penampilannya hampir membuatku salah mengira dia adalah orang lain.


Rambut hitam panjangnya lebih berkilau dari biasanya, kulitnya terlihat lebih lembut, dan kau bisa melihat kalau dia berusaha keras untuk itu. Selanjutnya, seragam yang tadinya berantakan jadi rapi. Jelas, dibandingkan dengan gadis gadis yang kembali setelah Saegusa-san, kau bisa melihat,


『" Pemenang dan Pecundang. "』


Itu satu-satunya kata yang bisa kuucapkan saat melihat penampilan mereka.


“Sekarang, Ayo makan! Aku membeli berbagai makanan.”


Saegusa-san berkata dengan senang. Gadis-gadis lain melihat kami dengan kesal ketika mereka mendengar kata-katanya, tapi mereka tidak mencoba untuk bergabung dengan kami. Mungkin, yang kalah tidak punya hak untuk makan siang denganku…


“Ah, aku akan membayarnya.”


“Tidak, tidak apa-apa! Aku baru saja membelinya atas kemauanku sendiri, jadi aku minta maaf kalau ini bukan roti favoritmu.”


“Baiklah… kalau begitu, terima kasih. Itadakimasu!”


“Ya, silakan makan.”


Sejujurnya, aku tidak ingin diberi cuma-cuma, jadi aku berencana untuk membayarnya, tapi sepertinya aku tak perlu terlalu memikirkannya.


“Hm, aku akan mengambil sepotong sandwich itu."


“Ya, kalau Maegashira-kun juga mau, ambil saja.”


“Aku sudah membawa bento-ku jadi enggak usah…”


Jawab Maegashira dengan kesal, tapi Saegusa-san masih terlihat senang dan tersenyum. Saegusa-san sedang makan sandwich buah. Ngomong-ngomong, masih ada sekitar sepuluh roti tersisa.


“Oh, Hatano-kun, ada sesuatu di dekat mulutmu.”


“Eh? Benarkah?"


Aku mencoba menyekanya dengan jariku, tapi tak kunjung lepas. Ketika aku mencoba untuk menyekanya lagi, Saegusa-san mendekatiku.


“Tolong tetap seperti itu … lihat, aku dapat.”

Saegusa-san menunjukkan remah roti yang dia ambil dengan jari-jarinya dan memasukkannya ke dalam mulutnya.


Pada saat itu, ruang kelas dipenuhi dengan atmosfer pembunuh yang mengerikan….


“TERKUTUK TERKUTUK TERKUTUK TERKUTUK TERKUTUK”


“BALAS DENDAM BALAS DENDAM BALAS DENDAM BALAS DENDAM”


“BUNUH BUNUH BUNUH BUNUH BUNUH BUNUH BUNUH BUNUH.”


Kebencian bisa terdengar dari seluruh kelas.


Maegashira gemetar ketakutan. Namun, Saegusa-san, yang ada di depanku, tertawa seolah tidak terjadi apa-apa.


“Sa, Saegusa-san, semua orang keluar dari kelas dengan sikap seperti itu, apa tubuhmu baik-baik saja?”


"Tidak apa-apa, ada banyak pecundang dalam hidup, tapi aku menang, jadi tidak apa-apa."


Untuk beberapa alasan, yang lain terganggu!


Kata-katanya membuat suasana kelas menjadi lebih berbahaya.


“TERKUTUK TERKUTUK TERKUTUK TERKUTUK TERKUTUK TERKUTUK TERKUTUK TERKUTUK TERKUTUK TERKUTUK”


“BALAS DENDAM BALAS DENDAM BALAS DENDAM BALAS DENDAM BALAS DENDAM BALAS DENDAM BALAS DENDAM BALAS DENDAM”


“BUNUH BUNUH BUNUH BUNUH BUNUH BUNUH BUNUH BUNUH BUNUH BUNUH BUNUH BUNUH BUNUH BUNUH BUNUH BUNUH BUNUH BUNUH BUNUH BUNUH BUNUH BUNUH BUNUH.”


Saegusa-san terus berbicara tanpa mengkhawatirkan suasananya sama sekali.


“Lagipula, aku belajar seni bela diri, jadi aku kuat.”


'Mmmph!', Dia membuat gerakan seperti menunjukkan bisepnya.


Itu gerakan yang imut, bahkan lebih imut karena Saegusa-san, yang merupakan gadis seiso, melakukannya.


Sikap ini dalam suasana yang aneh ini.


Kau bisa melihat gadis seiso ini punya keberanian baja…


Dan seperti ini, hari pertama sekolah setelah kepulanganku dari rumah sakit selesai.

Blog yang dibuat karena kegabutan admin yang ingin membaca web novel berbahasa indonesia dan berujung menerjemahkan sendiri sendiri. Tolong asupan komennya ya